3 Jam Bersama Irsyad Manji

Hari ini aku datang ke diskusi Beriman yang membebaskan: Ijtihad ala Irsyad Manji, bersama Irsyad Manji seorang Feminis Lesbian. Lewat bukunya tahun 2003 “The trouble with Islam Today”, Irsyad mulai dikenal, heboh. Setekah kemarin aku juga datang di acara bincang-bincang bersama Irsyad Manji di Lembaga Indonesia Perancis Yogyakarta.

Diskusi dimulai dengan memutar film dokumenter, karya irsyad. Sayang aku telat. Jadi tak bisa menonoton Film yang pasti “dahsyat” itu. Film yang sebagian menggambarkan kehidupan Irsyad, itu kutahu dari penggalan cerita panelis.

Diskusi yang digelar di Gedung Pasca sarjana UGM lantai 5 itu penuh, banyak yang nggak kebagian tempat duduk. Banyak mahasiswa, aktivis LSM, akedemisi yang datang terbius oleh kata-kata Irsyad, “Berani dan lugas”.
Diskusi itu juga menghadirkan Muhajir Darwin, Dosen UGM, Hindun Anisah Seorang feminis Islam, yang masa mudanya banyak dihabiskan di dunia pesantren, namun belakangan telah mengambil studi antropologi islam di Amerika.

Banyak yang bertanya soal bagaimana relasi keimanan seharusnya, konsep toleransi, makna beriman dan juga makna islam itu sendiri.
Ada contoh menarik yang disampaikan oleh Muhajir, tentang konsep beriman, dalam slide ada foto Rhoma Irama dan Inul. Muhajir menjelaskan apakah makna iman seperti Rhoma irama yang suka berdakwah namun berpoligami, atau inul yang ngebor namun setia dengan suaminya. Atau seperti dewi persik yang penampilannya terbuka tapi mengaku “biar gini saya lulusan pesantren loh” atau gambar Al - Amin Nasution yang berpenampilan rapi namun ternyata terlibat korupsi, atau Slank yang berpenampilan rocker namun syair lagunya kritis. Menurut Muhajir keimanan sebenarnya adalah cerminan dari perilaku. Audiens ger-geran melihat gambar-gambar tersebut. Sungguh parodi yang ironis.

Hindun bicara soaal fiqih, dia melihat selama ini posisi figih terlalu dominan, namun hanya membuat simplifikasi terhadap halal dan haram. Menurut hindun fiqih telah mengungkung umat islam untuk berfikir hitam dan putih. Karena itu perlu ditamkan semangat ijtihad melalui reintepretasi teksdan merespon perubahan sosio kultural.

Dari segala bentuk perdebatan Irsyad menyimpulkan bahwa Kebenaran hanya milik Allah. Dan kita hendaknya menghormati perbedaan.

“Kita boleh tidak setuju, tapi dengan perdamaian. Anda boleh tidak setuju dengan saya, dan saya boleh tidak setuju dengan anda, tapi lakukanlah dengan damai. Kita hanya manusia bukan Tuhan, maka bersikaplah sebagai manusia bukan Tuhan. Kebenaran Hanya milik tuhan” kira-kira aku menterjemahkan kata-kata Irsyad seperti itu, bagiku itu adalah kalimat dahsyat yang dia miliki, yang baru aku dengar. Spontan aplaus bergema diseluruh ruangan.

Ada dua pertanyaan yang menurut Irsyad adalah pertanyaan besar dari beberapa pertanyaan yang dilontarkan audien, yakni pertanyaan apakah Islam menurut Irsyad? Dan pertanyaan kedua adalah Bagaimana Irsyad melakukan Ijtihad sementara dia tak punya otoritas untuk berijtihad?

Kedua pertanyaan ini dijawab dengan indah. Namun ada kalimat bijaksana yang ia katakan yakni: bahwa memang Irsyad tidak memiliki otoritas untuk melakukan ijtihad secara legal, namun Tuhan memberi kebebasan kepada kita untuk berfikir. Tuhan memberikannya. Dia mencontohkan Socrates, semula dia bukan siapa-siapa, dia bukan apa-apa namun jiwa, pikirannya memanggil untuk selalu bertanya, membuat sekolah yang mengajarkan setiap orang untuk kritis menanyakan sesuatu. Dia tidak punya otoritas sebagai philosopher namun karena dia berfikir, dia melakukan sesuatu sehingga dunia mengakuinya sebagai seorang filsuf.

Inti pelajarannya adalah : Berpikirlah, berkaryalah, meskipun tanpa otoritas jika itu bermanfaat untuk orang lain, pasti orang lain akan mengakuinya.

Irsyad menambahkan, Indonesia adalah tempat strategis bagi perkembangan islam, karena di Indonesia umat muslim terbesar berada. Mereka hidup diantara ribuaan pulau, beragama bahasa, etnis, agama, namun bisa berdampingan. Ini adalah modal besar, bagi kaum muslim untuk mereformasi islam, di Idonesialah seharusnya ini semua di mulai. Dan jangan lupa Allah telah memberikan kebebasan bagi umatnya untuk berfikir.

Gunakanlah potensi yang ada, meskipun tak bisa berbahasa ingris, berbahasa arab, umgkapkanlah...jika itu bermanfaat untuk orang lain, maka orang lain pasti bersedia menerjemahkan.

Berkali-kali aku merinding mendengar kata-katanya.

* Foto diambil dari
www.irshadmanji.com