Semalam aku pergi nonton Festival Kesenian Yogyakarta (FKY). Tahun ini FKY diadakan dari tanggal 7 juni sampai 7 Juli. Aku janjian sama teman-teman, namun saat tiba di sana tak semua bisa datang. Acara malam mingguan bareng terasa kurang ramai.
Aku belum sempat masuk ke arena Festifal ketika tiba-tiba mati lampu. Hmmm...Malam ini kurang beruntung batinku. Aku dan teman-teman memilih duduk-duduk di pinggir jalan sambil melihat lalu lalang kemacetan jalan. Kami duduk di depan Gedung Agung dan menonton atraksi orang makan api. Aku melihat atributnya bertuliskan Reog Ponorogo, meskipun sederhana dan apa adanya.Tidak seperti Kesenian Reog yang heboh, dengan warog yang besar.
Pemainnya ada orang dewasa dan anak-anak. Mereka belum ahli benar, namun kesalahan-kesalahan itu membuat permainan jadi terkesan lucu. Misal, saat melempar bola api ke mulut, ternyata mereka tidak pas menangkapnya (memakai mulut). Waktu salah seorang memasukkan badan ke tong Kayu, malah teriak sakit...sakit, sambil mendorong salah satu temannya.
Seoarang perempuan setengah baya mengedarkan topi bambu untuk menerima uang sukarela.
Melihat dari penampilannya, seperti kesenian jalanan. Mereka berpindah setiap saat, berpindah mencari keramaian. Musik pengiringnya hampir sama dengan penari jalanan yang sering aku temui di perempatan Kentungan. Memakai Gong yang dipukul berirama seperti iringan musik Jathilan.
Malam merambat pelan,mengingat suasana Jogja yang akhir-akhir ini kurang aman karena ada kejadian pembacokan di jalan raya, jam setengah sembilan aku memutuskan pulang.
Kami tak bisa melihat festifal, Malam minggu sedikit berwarna.
4 komentar:
Seandainya aku di sana :)
Seandainya tidak mati lampu...he..he...
Seandainya Intan tidak memberi kabar kalau mati lampu, saya pasti sudah ada disana.hehehee....
Seandainya waktu itu saya tau kl pd muw ke FKY....,,
Posting Komentar