Dua Biografi


Belakangan ini aku membaca dua buku biografi. Biografi Barack Obama dan Biografi Oprah Winfrey. Hanya kebetulan saja mereka sama-sama orang kulit hitam Amerika, sama-sama berprestasi, sama-sama terkenal. Yang satu president yang satunya lagi adalah ratu show. Dan begitu dicintai seantero dunia terlepas kontroversinya.

Aku dapat buku Biografi dari kekasihku saat main ke Jakarta. Gara-gara saat ketemu dengannya aku malah asik baca buku itu, bukannya ngobrol atau apapun hal yang menandakan kebersamaan. Berkali-kali dia protes karena merasa dicuekin. Hmm Akhirnya dia memutuskan agar buku itu dibawa saja ke Jogja, padahal dia sendiri belum baca. Masih ada empat buku lagi yang belum dia baca. Buku dan bola adalah kekasih pertama dan keduannya.


Sementara itu buku Biografi Oprah winfrey aku beli saat tak sengaja mengantar teman belanja buku di Shoping Center, tempat jual buku murah di Jogja, seperti Kwitang di Jakarta. Aku memang ngefans dengan Oprah. Tentang caranya membawakan acara, yang fasih berkomunikasi dengan tamunya, komunikatif, menanyakan hal pribadi tanpa membuat tamunya tersinggung. Semuanya serasa fine.

Kedua buku Biografi ini sebagai motivator.

Kita tak menyangka jika masa remaja Obama ternyata penuh gejolak. Dalam buku itu dituliskan Obama sebagai Anak dari Ayah kulit hitam kenya dan Ibu kulit putih Amerika yang sempat kehilangan jati diri. Ia merasakan amarah dan frustasi orang-orang kulit hitam yang mengalami diskriminasi. Namun ia tak mampu meluapkan amarahnya kepada orang kulit putih karena ia teringat ibunya. Obama sempat terjerat minuman keras dan narkoba. Namun kemudian berhasil keluar. Dia belajar di Amerika menjadi Aktifis sosial, menjadi senator, hingga karir puncaknya menjadi presiden Amerika.

Masa kecil Oprah pun tak seindah hidupnya sekarang, saat umur 14 tahun dia mengalami pelecehan seksual hingga melahirkan bayi prematur. Bayi itu meninggal setelah umur dua minggu. Peran ayahnya yang mendidik operah untuk banyak belajar dan membaca akhirnya membuka jalan bagi Oprah untuk berkembang. Ia menjadi murid pandai di sekolahnya. Pintar pidato. Hingga suatu hari bekerja di stasiun televisi. Dari sinilah nama Oprah besar, bahkan berhasil mendirikan perusahaan yang memproduksi acara-acara televisi. Perusahaan itu bernama Harpo, nama yang diambil dari namanya yang dieja terbalik.

Sayang sekali buku biografi Oprah ini diterjemahkan dengan buruk.

Banyak orang sukses yang berangkat dari latar belakang masa kecil yang suram. Sebuah tantangan untuk mengambil nilai-nilai positif dan semangat darinya.

Mendadak jadi Koki

Malam ini aku sulit tidur, daripada gulag gulig di kasur ngga produktif akhirnya aku memutuskan untuk menulis blog. Kemarin sudah janji buat menulis kejadian sehari kemarin. Sebenarnya ngga spesial, tapi kejadiannya serba kebetulan.

Aku biasa bangun waktu subuh, untuk sholat jamaah bareng teman-teman. Habis itu biasanya tidur lagi (ini kebiasaanku yang buruk dan susah untuk kuhilangkan, mungkin usahaku yang kurang keras) selama dua jam. Setelah itu aku bangun lagi cuci muka, cuci baju, lalu sarapan, baru Mandi. Aku juga punya kebiasaan ngga baik yaitu sarapan sebelum mandi. Alasanku biar bersih sekalian, kalau mandi baru sarapan kan keringatan tuh...jadi merasa kotor lagi. Mungkin ini faktor kebiasaan juga, merasa panas setelah makan.

So habis itu aku nyalain laptop, cek email, buka facebook dan lainnya. Tiba-tiba Hp-ku berbunyi. “halo siapa nih?” karena aku tidak mengenali nomer yang tertera di layar HP. Yang ternyata Chandra teman kantor. “Chandra mba, hei katanya kita mau masak-masak nih.Gue tunggu ya dirumah, kita masak rame-rame.” Balas Chandra.
“hmm,ya deh.” Jawabku agak ragu, aku masih pengen nge-net.
“Oke aku tunggu ya, sekarang aku mandi dulu.”
“Oke,” jawabku.

Setengah jam kemudian aku melaju ke rumah Chandra. Hanya sepuluh menit, aku sudah tiba dirumahnya. Dia baru aja mandi. Tanpa ba bi bu, aku langsung menuju dapurnya. Aku memang beberapa kali mengantarnya pulang, tapi baru kali itu aku masuk kerumahnya. Hmm dapurnya asik. Di lemari dapur banyak bahan makanan instant, minuman instant, dan aneka bumbu dapur. Lengkap juga.

“Mau masak apa kita Chan?”
“Terserah mba Tuti aja.”
“Ehm spageti aja yo, ini bahannya sudah ada.” Pikirku biar praktis nggak usah keluar-keluar karena cuaca yogya lagi panas.
“Boleh, atau kita masak ikan aja mbak, nanti masak bareng Didin dan bang Alam.” (Didin dan Bang alam adalah teman kantor juga)
“Boleh-boleh, tapi sudah siang gini mau beli ikan dimana? Pasar dah mau tutup?”
“Carefour aja, atau kalau mau kita ke Fish Market”.
“Fish Market?” jawabku ragu, setahuku pasar ikan itu sering tutup

Begitulah akhirnya kita berangkat ke fish market, namun sebelumnya kita ke pasar Colombo untuk beli bumbu. Lalu ke fish market. Setelah hampir 2 jam dijalanan kita sampai juga. Karena naik mobil, kami memilih jalan memutar, tapi ternyata jalanan agak macet, jadi waktu habis di jalan. Jam 12 siang lebih baru sampai fish market. Dan dugaanku benar, disana suasanannya sepi, kami bertemu beberapa orang. Dan kata mbak penjaga toko, fish marketnya baru akan buka bulan depan. Wah cape deh...

Candra mengajak ke pantai Depok, ya sudahlah kepalang tanggung. Di pantai Depok banyak penjual ikan. Itu berarti butuh dua jam lagi agar bisa sampai rumah dan memasak. Sampai Depok kita langsung ke pasar ikan, aku langsung menuju ke penjual ikan tempat aku beli mingu lalu. Setelah tawar-menawar dan pilih ini itu, akhirnya kita membawa pulang ikan Cakalang, Kakap merah, udang dan cumi. Belanjanya kilat, bahkan aku ngga sempat mampir ke pantai. Padahal pantai adalah tempat favoritku ketika jalan-jalan. Aku hanya melihat sekilas dari kejauhan. Lalu kita pulang.
Sebelum sampai rumah, mampir kosku untuk mengambil trasi. Trasi istimewa yang jauh-jauh kubawa dari rumah waktu pulang kampung. Berharap bisa bikin sambal trasi yang enak.

Jam 2 sampai rumah, aku sholat dzuhur dulu baru memasak. Rencananya kita akan memasak Ikan Cakalang goreng, Gule Ikan cakalang, Cumi Saos Tiram, Udang Goreng dan sambal. Banyak juga ya...

Kita sudah menghubungi teman-teman untuk memasak tapi ternyata ngga datang-datang. Akhirnya kita masak Cuma berdua, dari mulai bersihin isi perut ikan, membersihkan cumi, menyiangi udang, buat bumbu, dan sebagainya sampai berujud makanan siap santap. Wahh hampir empat jam kita masak. Maklum kokinya jadi-jadian. Jadi mungkin terlihat lama.
This is it...Masakan seafood ala chef Tuti dan Chandra...


Menjelang magrib aku pulang dulu, mengantar ikan buat teman-teman kos. Hari itu aku piket menyediakan makan malam. Lalu mandi dan sholat. Waktu rebahan badan capek banget. Serasa melayang-layang, mungkin lebai ya. Hmmm tapi karena sudah janji maka aku balik lagi kerumah Chandra untuk makan bareng, beberapa teman kantor janji akan datang malam itu.

Akhirnya kita makan bersama, Bang Alam dan Bang Didin bawa kerupuk dan Coca cola. Jam delapan aku pamit pulang karena ngantuk dan capek, padahal malam itu malam minggu. Teman-teman meledekku karena masih sore tapi sudah ngantuk. Tapi peduli amat, badanku emang minta di istirahatkan.

Thanks Chan, hari ini kita sudah jadi Koki.

Makan Ikan di Pantai Depok

Pantai Depok adalah salah satu pantai di pesisir selatan Yogyakarta yang memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Untuk pertama kalinya aku mengunjunginya setelah sepuluh tahun bermukim di Yogya. Sebuah kunjungan untuk merayakan ulang tahun dan wisuda seorang kawan dekat, seorang adik tepatnya. Namanya Hamidah. Kami berangkat ber-lima belas gabungan dari teman kos dan teman kampus.

Kami tiba di pantai tepat tengah hari saat perahu-perahu merapat, membawa ikan hasil tangkapan hari itu. Bau ikan amis dan limbah ikan busuk segera menyergap. Keramaian juga terjadi di pasar ikan, banyak pembeli yang kebanyakan adalah wisatawan melakukan tawar-menawar. Hari ini kebetulan hari minggu, pasar jad penuh.


Wisata kuliner seafood adalah salah satu daya tarik Pantai depok. Ditempat ini aneka jenis ikan ditawarkan dengan harga lumayan murah. Tentu, jika kita membandingkan harganya dengan pasar swalayan atau pasar tradisional di pusat kota Yogya. Misalnya satu kilo ikan cakalang hanya dijual dengan harga 13 ribu rupiah. Cumi segar hanya 25 ribu rupiah per kilo, sementara udang diharagai 30 ribu rupiah. Aku yang memang suka makan seafood jadi berfikir untuk datang lagi suatu saat nanti.


Di pasar ikan ini para pengolah ikan sudah antri menawarkan jasa untuk memasakkan ikan yang kita beli. Untuk ikan bakar atau goreng tarifnya 5 ribu per kilo, kemudian cumi dan udang masak bumbu bertarif 10 ribu per kilo. Untuk teman makan ikan kita pasti butuh nasi, lalapan dan sambal. Nah untuk yang ini per paket diharagi 15 ribu rupiah. Satu paket untuk 5 orang. Para pengolah ikan itu menjamin di tempatnyalah yang paling murah dan enak. Pastinya.

Hari itu kami mendapatkan tempat makan yang masih sepi, we are the first one who reserved this place. Mbak pengolah ikan mengatakan masakan akan siap santap nggak lebih dari satu jam. Mulanya kami bermaksud menunggu sambil jalan-jalan di pantai tapi karena suasana siang itu panas sekali, akhirnya kita menunggu saja. Es teh menjadi pilihan untuk mengusir haus. Pengen sekali minum es teh, tapi karena masih dalam tahap penyembuhan dari serangan influenza maka aku memilih air kelapa muda. Hmm sungguh cuaca yang bikin tidak nyaman, ditengah suhu tubuh yang panas pula.



Satu jam kemudian masakan yang kami pesan pun datang. Ada ikan Cakalang bakar, Cumi saos tiram, Cumi goreng tepung dan Cdang asam manis. Tak lupa lalapan kubis dan daun kemangi lengkap dengan aneka sambal antara lain, sambal kecap, sambal tomat, dan sambal terasi. Mak nyuus.

Selanjutnnya kami jalan-jalan di pantai. Foto-foto dan bermain ombak.