Terperangkap hujan

Di luar hujan deras. Itu berarti harus menunda pulang, lembur lagi. Tidak apa-apa, aku mencintai pekerjaanku, yang kadang bikin pusing. Pertama bergulat dengan angka, yang kedua bermain dengan kata-kata. Ngga nyambung!

Hujannya tidak terlalu deras namun mantelku semi kain, jadi mudah tembus. Sebenarnya bagus sih, mirip jubah Harry Potter namun berwarna merah. Itu mantel paling keren yang pernah kulihat, Fashionable gitu. Itu punya sodara yang dia tinggal di Jok motor yang sedang kupakai. Hmm aku mati gaya setelah makan semangkuk bakso. Mau kerja lagi, tapi malah terhipnotis lagunya Utada Hikaru “First Love”. Aku ngga tahu maksudnya, pakai bahasa jepang, tapi aku suka musiknya.

Ruanganku sekarang paling belakang, paling pojok, dan paling sepi. Cocok untuk menulis, cocok untuk orang yang tidak suka keramaian seperti aku. Dulu aku benci ruangan ini, namun belakangan aku mulai menyukainya. Waktu awal kuliah, aku pernah jadi manusia kamar, jarang keluar, banyak baca buku. Satu hari satu buku. Minus tambah, padahal aku malas pakai kacamata. Kacamata itu mengganggu, seperti ada beban di hidungmu, jika lama memakai jadi pusing. Lalu aku mulai mengurangi membaca...lalu berubah malas membaca. Benar-benar malas! Lebih suka mendengarkan orang bicara, meskipun kadang ngga tau benar atau salah dengan apa yang mereka bicarakan.

Belakangan aku sering berbincang dengan penjaga kantor. Kami jadi semakin dekat, aku menjadi pendengar setianya, aku tahu dia adalah perempuan tua yang kesepian tanpa -anak. Saat aku datang terlalu pagi, dia selalu berbagi makanan denganku. O ya dia suka membuat roti bakar untuk sarapan, seperti hari ini. Hari ini aku tidak puasa.

Aku banyak menemukan cerita-cerita menarik darinya dimasa muda. Dia adalah salah seorang anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani). Sisa-sisa sifatnya yang kuat dan berani masih tertinggal saat bercerita. Usianya sekarang 71 tahun. Dia masih energik dan suka berolahraga. Beberapa kali menawariku ikut jalan pagi di Malioboro, biasanya tiap hari sabtu dan minggu. Namun belum pernah sekalipun aku menuruti ajakannya. Selalu bilang nanti.

Aku juga bahagia berteman kata-kata, mengajak bicara dalam buku-buku dan dunia maya. Aku bicara kepadanya, bicara banyak hal dan apa saja. Tidak pernah protes atau menertawakan. Padahal aku ingin dia menghinaku, ayo hina aku! Lalu aku akan menghargaimu. Ayo marah padaku, lalu aku akan lebih sabar padamu. Kemanakah perginya amarah? Bisakah kepergiaanya meninggalkan gelisah seperti bau tanah basah yang lembut menguar samar, setelah ditinggalkan hujan. Lalu semua menguap oleh mentari, lalu semua kering, lalu semua tiba pada hari yang biasa. Sendirian.

Akhir-akhir ini aku menerima banyak hadiah yang ngga aku duga. Hmm mulai dari buku-buku, coklat, baju, hingga HP. Hmm aku suka kemarin dapat HP model Flip, sudah lama pengen model itu. Akhirnya punya juga. Aku malas pake BB lagi, meskipun memudahkan aktivitasku yang lain. BB jadi mengganggu karena bunyi melulu.

Pekerjaan, teruslah datang…aku menyukaimu. Apapun bentukmu, buatlah aku sibuk agar aku semakin produktif. Agar aku bisa menggunakan waktu dengan lebih bernilai. Hmmm...
aku teringat puisi-puisi sapardi dalam kaset bersampul coklat, entah dimana sekarang?

3 komentar:

My Pedestrian mengatakan...

hhmhmmmm.., jd inget waktu td kt kejebak hujan di bank. mbak teller nya ke GR an, padahal kita lg asik bandingin HP Son-er
3 MegapixeL vs 2 Megapixel ku

Astutik Kashmi mengatakan...

wah aku suka head set mu...warnanya ijo...suka deh...

My Pedestrian mengatakan...

hehe, lucu kan..!!
km suka warna ijo tah..?? Sama donK..!!
beli beli beli lah..., mek murah kok saiki mbak..,