Mom, Come in

Mom, I miss you ...
I want to chat with you
how come?
when all people do not understand me
I'd love to meet you

Mom
I can not stand it anymore
Where should I stay?
mom, I'm tired of struggling alone
Only you, Who understand me
Who love me unconditionally, after the Lord

Mom, come to me tonight
to get rid of this sadness
I want to sleep on your lap
Come,wipe these tears

Mom, how many times should I call you
Come, I need you
when I am weak and helpless
your presence will replace all wounds
night was very long, as I've ever met morning again
please,take me into your world
I run to you, every single time

Sebuah kunjungan

Ada seekor kodok hitam yang kesepian, berjongkok di pot yang terletak disudut teras. Pot dengan tanaman hampir mati karena kekurangan air, daunnya menjuntai kering seperti nenek yang keriput dimakan usia. Pot-pot tanaman lain diletakkan diatas tempat duduk dari semen, berjejer di kanan dan kiri. Di sekeliling rumah adalah hamparan sawah yang hijau. Tanaman padi yang mulai hamil menyembulkan bulir-bulir padi muda yang hijau. Disela-sela tanaman padi ada capung yang bertengger, bergelayutan tertiup angin, si capung bermain ayunan nikmat sekali. Seekor burung terbang rendah, sesekali hinggap mencium dahan padi. Suara gemercik air dari kali kecil di depan rumah membuat harmoni yang menenangkan. Bau sawah, tanah basah, dan suara air yang sempurna. Lalu Tiba-tiba aku membayangkan untuk olahraga yoga. Sungguh sempurna tempat ini diciptakan, rasanya aku ingin tinggal lebih lama.

“Kak, aku sudah sampai ditempatmu.” Aku menyapa seseorang di telepon, aku mendengar latar belakang suara yang ribut.
“Tiga puluh menit ya say, Aku lagi dijalan.”

Hmmm aku memang datang terlalu cepat, bahkan aku meninggalkan kantor lebih awal, hanya ingin cepat-cepat menemuinya. Baiklah, aku merasa rileks. Aku menunggunya namun aku merasa nyaman sekali. Memandang sawah, memandang kodok yang kesepian diatas pot. Dan sekali lagi gemercik air kali, sungguh tak tertahankan...!

Aku membayangkan, bagaimana jika ini malam hari ya? Pasti gelap dan tenang. Pasti menakutkan jika tinggal sendirian. Tapi tempat ini sungguh nyaman.
Ingatanku terlempar ke kampung halaman, sudah berapa tahun aku tak mengunjungi sawahku. Hutan itu. Pohon-pohon pisang, yang selalu berbuah. Namun kita tak pernah menikmatinya, Ayah menanamnya hanya agar orang lain mengambilnya, anggap saja beramal, tanpa kita tau. Begitu selalu dikatakan.

Perasaan rindu rumah menyergapku, ya alam desa terasa kental disini. Semua berjalan pelan dan bersahaja. Semua berjalan tenang tanpa hiruk pikuk dan ambisi. Semuanya telah disediakan oleh alam. Tanaman-tanaman itu telah menyiapakn dirinya, merelakan tubuhnya untuk kita. Jika mereka memiliki perasaan, maka perasaannya adalah semacam unconditionally love, Cinta tak bersyarat. Ada pohon pisang yang berbuah, kita tau dia berbuah hanya sekali dan saat kita mengambil buahnya otomatis kita pun akan menebang batang pohonnya. Pohon yang rela dilukai, dan menyerahkan buahnya untuk kita nikmati. Bukankah itu bentuk dari pengorbanan. Meskipun dari sebuah pohon pisang.
Di kejauhan sawah dengan tanaman padi yang sudah menguning. Dengan bulir-bulir padi yang berisi dan kian merunduk. Orang-orang tua bilang, jadilah kamu seperti batang padi semakin berilmu, semakin berisi, maka sebaiknya semakin rendah hati.

Panjangnya aliran kali itu, berapapun pajangnya akan bermuara ke laut. Berapapun jauhnya sebuah perjalanan, suatu saat kita akan merindukan rumah. Rumah yang menenangkan. Yang membuatmu slalu rindu ingin pulang. Alam telah mengajarkan kita banyak hal, tidakkah semua itu membuat kita berfikir?

Berbahagialah mereka yang mencintai alam, dekat dengan alam. Mencintai bunga dalam pot, menyiraminya, lalu dia berbunga. Saat mereka berbunga, bunga itu adalah wujud dari rasa terimakasihnya, karena kita telah merawatnya. Mereka rela kita petik, atau kita pandangi. Nikmati aku, ambilah semaumu.
Alam memberikan aura positif tanpa kita memintanya, tanpa kita menyadari kita telah menerimanya.

“Aku, otw pulang say, maaf telat.” Ada sms masuk.
Aku berfikir, kenapa pertemuan ini menjadi tak penting lagi mengingat halamannya, sawah, dan air kali itu telah membuatku teduh sama seperti dirinya. Apakah aku harus pulang? Namun hatiku menahanku, aku harus menemuinya. Dia yang inspiratif, hangat, dan powerfull. Beruntunglah aku yang mengenalnya.

Kami mengobrol banyak sekali, aku merasa senang sekali. Karena dia adalah pendengar yang baik. Banyak ucapan-ucapan yang melampaui pikiranku. Tentang pengorbanan, tentang penerimaan, lalu tentang sakit yang membuat kita bahagia. Aku selalu mengaguminya, seperti dulu saat kami sering ketemu dalam jangka waktu beberapa bulan.
Ada kucing kecil yang bermain-main dengan kami. Lucu sekali. “Kamu tau kucing ini mungkin ngga akan sampai sini, jika bule itu tak memungutnya di tong sampah. Aduh kasihan kamu si wiki, sudah berpisah dengan emakmu lalu di buang di tong sampah.”
Kucing kecil itu diberi nama Wiki.

Obrolan mengalir pelan, sambil membantunya membersihkan lantai ruangan. Kemarin jogja ada hujan badai, genteng-genteng pada runtuh, tanaman ambruk, dan suasana mengerikan. Dia sendiri jadi korban, laptop kesayangannya terendam air. Otomatis dia kehilangan semua data. Kejadiannya adalah saat hujan badai itu dia tidur. Dia tak sedih tapi malah hujan-hujanan mandi keramas, dasar! Kejadian itu memancing teman-teman bule-nya untuk ikut hujan-hujanan.

“Kamu tahu, kalau aku nggak gila, aku ngga mungkin bisa bertahan menghadapi pekerjaanku ini. Makanya seminggu sekali aku harus nongkrong.” Dia tersenyum.
Aku selalu terkesan mendengar ceritanya, kisah hidupnya.Rasanya ingin selalu mendekatinya saat-saat seperti ini. Aku ingin tinggal di rumah itu, namun sayang dia mesti ke Bali sebulan kedepan.

Trimakasih Kak, telah memberiku banyak hal, teruslah maju dan raih mimpi-mimpimu. Aku percaya setelah kesulitan ada kemudahan. Aku percaya kita bisa, dan aku percaya ada kekuatan besar yang menggerakkan dan mengijinkan semua ini terjadi. Seperti kita mempercayai ada Tuhan yag hidup di hati kita masing-masing.

Al Ghaasiyah


This letter is intended to restore the human heart to God with a reminder of God's signs in the universe, his calculations and his retribution in the Hereafter. Doomsday called many times in the Qoran in order to provide information, warn, and scare people.

On the day of reckoning will be much more distinguished face sitting humiliation, pains, and fatigue. Make those who have worked apart for God and not the way of his, only for himself and his family and to fulfill worldly ambition, they will only get results at the world without the provision for the afterlife. In the afterlife, the work will only be in the form of humiliation and torment drove him to accept the painful reply. Preview punishment in the hereafter will be explained so that people can imagine how the pain of punishment mixed with humiliation, contempt, and disappointment with the sting of a very hot fire. But the actual punishment will be far more painful than our imagined.

On the other hand, the visible face of emissive joy with a 'spiritual pleasure' eminence. Feeling calm and peaceful as a result of the good which has been earned, also feeling pleased to kindness who had done when knowing God bless us. Also in this letter described the atmosphere of the heavenly life in calm, secure, peaceful and calm, loving and blessing. This is intended so that people can imagine as much as possible about the delicacy, pleasure and Joy in heaven, and to know how we glorify God by His grace and blessing.

The third section of this letter directing people to observe and ponder the universe phenomena, like heaven, earth, mountains, and camels. The landscapes like this is enough to evoke and revive the human heart and spirit to realize about what is behind this, namely God the Creator, who is not unprecedented.

The last part of this letter to tell the boundaries of obligation and duty of the apostle to give warning to people with all events in the afterlife and the universe and everything in it. Task Apostles only give a warning, the Apostle does not have the slightest power of the human heart so that should not be forced to believe. Jihad, which carried only to eliminate barriers to proselytizing way, for this warning to humans. Next handed affairs mission to the provisions of God, which man can not run away from his reckoning and vengeance.

Sarang Lidi, Bersatu Peduli Pendidikan


Suatu siang bulan oktober 2008 beberapa orang tua siswa dari berbagai sekolah di DIY, nampak berkumpul di sebuah ruangan di Lembaga Ombudsman Nasional Yogyakarta. Mereka nampak gelisah dan tidak puas dengan kebijakan sekolah yang menetapkan tarif mahal. Mereka tak saling kenal sebelumnya, namun karena ada persamaan tujuan yakni membela hak-hak anaknya yang di langgar. Mereka merasa bahwa perjuangan ini butuh waktu dan juga wadah yang bisa menyatukan mereka. Akhirnya mereka sepakat untuk membuat satu forum komunikasi peduli pendidikan, kelak mereka memberi nama forum ini dengan sebutan Sarang Lidi.

Sarang Lidi dibentuk sebagai respon atas konsep otonomi sekolah dengan Manajemen Berbasis sekolah yang ternyata berdampak pada tingginya pungutan sekolah (pungli). Pungli ini membebani orang tua siswa dan semakin lama mengarah pada komersialisasi pendidikan. Anehnya hal ini justru terjadi di sekolah-sekolah negeri yang biaya operasional sekolah dan gaji guru maupun karyawannya ditanggung pemerintah.

Siswa yang di dalam sistem pendidikan kita dijadikan obyek pengajaran, tidak memiliki posisi tawar. Bahkan banyak orang tua yang merasa tidak berdaya untuk melawan kebijakan sekolah. Orang tua tidak tahu harus mengadu kemana. Sekolah justru jadi lahan untuk ajang korupsi. Komite sekolah bisa berbuat apa-apa, justru main mata karena anggota komite sebagian berasal dari pihak sekolah.

“Komite pendidikan itu kan harusnya jadi akuntan independen, yang bisa mengawasi dana dari orang tua, anggaran internal, tapi nyatanya itu taj berjalan.” Ujar Yuliani Sekjend Sarang Lidi, Pengurus yang terkenal paling vokal.

Sarang Lidi dibentuk untuk menembus kokohnya tembok tidak transparannya manajemen keuangan sekolah. Yuli berpendapat, orang tua siswa harus bersatu untuk peduli terhadap masalah pendidikan ini. Saking getolnya berkampanye, di rumahnya yang berada di umbulharjo dia memasang spanduk Sarang Lidi. “ini adalah upaya agar masyarakat tahu bahwa kita menerima pengaduan, jika ada apa-apa, jika mereka mengalami masalah entah itu iuran yang tinggi, pungli, dan sebagainya bisa datang kerumah kami dan mengadu.”

Modus-modus pungli antara lain melalui pendaftaran sekolah, mark-up anggaran komite, insentif guru, serta pengadaan seragam dan buku. Melalui proses ini banyak orang tua siswa yang tidak tahau jika modus ini syarat akan pungli. Bagi orang tua yang banyak uang tentu tidak masalah, kalaupun mereka tahu akan membiarkan saja. Namun bagi orang tua siswa yang tidak mampu, maka pungutan-pungutan ini akan memberatkan. Jika pun memberatkan namun akan tetap berusaha mengupayakan. Mereka tak berani protes karena kurangnya informasi. Seringkali orang tua wali dan siswa sekolah tidak punya posisi tawar di sekolah, hingga apapun kebijakan kebijakan sekolah akan mereka terima apa adanya, tanpa ada upaya untuk mengkritisi lebih jauh. Oleh karena itu forum-forum komunikasi ini menjadi penting untuk terus digalakkan.

Sosialisasi lain yang dia lakukan adalah dengan mengirimi surat ke sekolah-sekolah dan orang tua murid tentang tentang keberadaan Sarang lidi, profil dan apa yang mereka kerjakan sebagai bentuk sikap peduli terhadap pendidikan. Yuli dan beberapa rekan dari Sarang Lidi juga beberapa kali diundang untuk talk show di radio komunitas Satunama yang bertempat di Mlati-Sleman. Disitulah mereka bersosialisasi lebih luas. Di tahun 2010 ini mereka menargetkan 10% sekolah-sekolah di Yogyakarta memiliki wakilnya di Sarang Lidi.

Menurut Yuli Sarang Lidi tidak hanya melulu mengurusi soal korupsi atau pungli di sekolah-sekolah namun juga mengkritisi soal kualitas pendidikan, seperti pemerataan beban jam mengajar. Ada sekolah yang gurunya berlebih hingga terjadi pemborosan tenaga pengajar, namun juga ada sekolah-sekolah yang kekurangan guru. Hingga disini dia harus merangkap jam mengajar hingga berpengaruh pada kualitas belajar mengajar. Persoalan kualitas juga meliputi pengadaan buku, ada beberapa sekolah yang menjual buku yang seharusnya dibagi secara gratis, akhirnya buku hanya dibeli bagi mereka yang mampu saja. Di Ambon malah lain lagi, buku-buku subsidi dari pemerintah dibakar, agar sekolah bisa bikin proyek pengadaan buku.

Soal pendanaan untuk operasional Sarang Lidi, Yuli mengaku bahwa itu hanya berasal dari iuran pengurus dan juga orang tua siswa yang ikut tergabung di Sarang lidi. “Kami ini kan maunya kerja sosial, jadi ya kita berniat mandiri, kami sengaja tidak menerima danya dari pihak tertentu.” Ungkap Yuli

Dalam menjalankan tugas-tugasnya Sarang Lidi mengedepankan prinsip-prinsip kepedulian, keberanian, kebersamaan, kejujuran dan independen. Pengurus Sarang Lidi berkeyakinan dengan peyelenggaraan institusi pendidikan yang berkarakter bersih yang mampu melahirkan kader-kader bangsa yang tidak korup dan hipokrit.

Dari kiprah Sarang Lidi selama ini telah berhasil mengadvokasi kasus-kasus pendidikan yang ada di DIY seperti SD Giwangan, kasus seragam SMP Banguntapan, Korupsi di SMU 8, kekerasan terhadap siswa di SD Tukangan, dan juga kelompok Gangster di Banguntapan Bantul.

Mengumpulkan Aspirasi masyarakat dan orang tua, dialog dengan bupati dan walikota tentang masalah pendidikan, Audiensi dengan Musyawarah kerja kepala Sekolah Propinsi dan Kabupate/Kota, Dialog dengan guru sekolah, dialog dengan komite atau dewan sekolah, membuat rencana tindak lanjut terhadap masalah yang di identifikasi, penyadaran hak dan kewajiban orang tua dan masyarakat tentang pendidikan, serta Pemberdayaan Forum Komunikasi Pengurus Osis (FKPO) adalah beberapa daftar program kerja Sarang Lidi.

what we pride?


Arrogance is a disease that often get attacked by all of us, the seeds are too often appeared without us knowing it. At the lowest level, arrogant caused by material factors. We feel richer, more beautiful, more clever, and more respectable than others.

At the second level, caused by factors arrogant intelligence. We feel more intelligent, more competent, and more insightful than others.

At the third level, caused by factors cocky goodness. We often consider ourselves to be more moral, more generous, and more sincere than others.

Interestingly, the higher level of arrogance, the harder we also detect it. Arrogant because the material is easily visible, but cocky because knowledge, especially proud because of the kindness, difficult to detect because often only a subtle form of the seeds in our minds.

The roots of this vanity is the excessive ego. On a normal level, the ego presents itself in the form of self-esteem and confidence. However, once both of these things turn into pride, you've been very close to arrogance. Boundary between the pride and arrogance is not too clear.

We actually consists of two poles, namely the ego at one pole and a true awareness of the other poles. At the time of birth to the world, we are naked and do not have anything. However, over time, we began to cultivate various desires, beyond which we need in life. Sixth sense we have always said that we need more.

The journey of life tends to lead us toward the poles ego. Illusion of ego is what we introduce to the dualism of greed and hatred.This is root of all problems.

The struggle against pride is the struggle towards true consciousness. To be able to fight pride in all its forms, there are two paradigm shift we need to do. First, we need to realize that in essence we are not physical beings, but spiritual beings. Our authenticity is spirituality, while the physical body is just a means to live in the world. We're born with empty hands. Remember! We will die with empty hands.

So, each doing good to others, we actually do good to ourselves.

Then what is our pride?

Beautifull Heart


There is a story of love, one day young girl is sleeping and dreaming. In her dream, as if everyone could see the shape of heart on the chest of others including her own. At first glance, she highly admired and amazed by this atmosphere. Then, she saw to her chest, she was very proud when she saw her heart-shaped pink intact and sparkling. "What a perfect heart" she said, "without defect and spotless".
Then she stepped out. She began to observe the hearts of people around her. There's a beautiful shine like hers, there are wounds, there is a large, some small, etc. "Wow, amazing ..." she said again. She more convinced that her heart was the most perfect because he did not see any heart was more beautiful than Hers.

The girl stunned when she saw an old woman who use headgear. Old woman was virtually no visible face. The heart of old woman was very large but shapeless. The young girl was wondering why so many gaping holes in people's hearts. She walked over towards the old woman and asked her.

"Why did your heart like that? Why not perfect and beautiful shape likes mine? "She said half the show.

She replied, "Maybe because you're still young and has not really understood the world."

The old woman continued, "Whenever I love someone, I pick this heart and give him. Likewise if I'm helping people, there is always a flake of heart I devided to a man. Once, when I was young and hanging out with many friends, my heart was cut into slices and I gave on a lot of friends. When I started to get married and have kids, my heart is running out cut and cut to understanding husband and caring for children."

"But there is a moment where the people also began to share in my heart. They also learn to slice theirs to close each wound in my heart until the piles that's why my heart several times larger than the heart, though not in the form again. Indeed, not all of them want to do so, that is why there are very many gaping holes in the heart of this. Now, whose heart is more beautiful? My heart or yours? "

The girl stunned for so long. She began to realize that the old woman's heart is much more perfect than his heart. Injury, disability, and the number of patches in the hearts of women that just makes it more beautiful and bigger than hers. Each hole is like talking about love and sincerity in life she lived.

For a moment, young lady observe the old lady's face. He was surprised when the old lady was her own mother.

I miss you mom…now and forever...Just wait, I will meet you as soon as possible...May God, listen my pray...Ameen...

The Snail


One day God gave me the task of carrying snails streets .. I can not walk fast with snail .. even if snails have hard learns to follow. Every time it was only able to move little by little .. Then I pulled, dragged and kicked her even .. snails became injured .. it sweat, gasping breath. The snail continued to crawl laboriously ..

I urged, rebuked and scolded her .. snail looked at me with a look apologetically. She said: "sorry I've been trying with all my strength .." I can not stand and shouted: "God why did you ask me to take a slug streets ..? What do you mean ..??" Suddenly I felt a quiet sky .. snail disappeared from my sight .. this is God's answer?

My God remove snails from my life .. Well done my job .. but it turns out snails were crawling in front of me ... I had to walk behind it .. I step slowly, reassuring my heart, and then 'something' come into my heart .. Apparently this is what God intended .. The snail that guides my steps rather than vice versa ..

I asked quietly to reflect on when we met with someone .. when the rescuers find ourselves. Remember that it's expensive grace, because it was, we changed his life .. When we still have people we love, try to get the opportunity to fill the time with them ...

Because when they've gone all be too late .. When we met with friends who can be trusted, try to get along with him, because human life, a true friend is not easy to find .. We remember our loved but did not return our kindness, Can we pray for his kindness..??? Did we expect him happy ...?

As we remember those who never loved but everything has ended .. Put a smile for all the memories that have happened .. because he has made us understand the true story .. Look, I cans still smile without you! We remember people we hate begin to learn to forgive him .. Its presence has been a member the opportunity to us to be wise ...

When remember those who have betrayed us .. think him positively. If it were not for him today we'll never understand the world from two sides .. We remember those who left us just say thank you because him ever existed in our lives because he has made us care about the feelings of others ..

When meeting with people who misunderstand us .. look for opportunities to explain,, who know this is a final encounter with him ... When we meet someone who is willing to accompany us for life .. Preserve the love that exists because he is the most beautiful gift in our lives ..

Let's explore our hearts if we're feeling much trouble to get rid of "the snails" are not comfortable in our lives? Think again .. everything never happen to us just like that, the God plan and set it for the good of us ... When we meet someone perhaps that was the opportunity to complement each other ...

Not always happy sometimes even looks painful .. It is time for us to walk slowly. ponder the meaning of existence in our lives ... .. My friends remember every case that happened in our lives. The God is omniscient and that is His plan ... If one day we fall and injured

Pertemuan

Aku bertemu denganmu dalam keadaan tidak sempurna. Keaadaanmu dan keadaanku. Keadaanku yang hampa dan sepi setelah kehilangan bunda. Aku menemukanmu terasing, payah, dan sendirian. Suatu hari tiba-tiba merasa khawatir dengan keaadaanmu. Aku berbincang dengan penjaga kampus tentangmu, hari-harimu yang tidur di kampus itu. Aku berfikir lama, kenapa aku menghawatirkanmu? Ini hanya khawatir biasa sebagai sesama teman?

Suatu malam ada rapat di lantai dua, aku pesan nasi goreng. Malam itu aku tidak terlalu lapar, reflek saja ikut pesan makanan. Teman-teman rame berceloteh, lalu ada yang teriak "siapa yang belum makan?" Teman-teman masih rame. Aku melihatmu sepintas, diam. Kamu bilang " Aku belum." Lalu dengan santai, makan punyaku aja mas, aku masih kenyang. " " Eh serius, makasih ya, kamu baik sekali. " well perasaanku senang.

Hari demi hari, aku mulai mengamatimu, dan lebih sering memperhatikanmu. Aku bertanya-tanya tentang perasaanku, dan tak berani menyimpulkan. Aku hanya merasa senang berbincang denganmu yang tertutup itu, dan nyatanya kamu sedikit bicara. Kamu meminta pendapat, kamu memberiku dua buah tulisan sebuah cerpen. Kamu mau aku menilainya. Aku suka membacanya. Aku suka tulisanmu yang halus. Aku mulai tertarik? I don’t know?

Hingga suatu hari aku bertemu dengan saudara lama, yang beberapa bulan numpang di tempatku. Aku bicara banyak dengannya. Entah mengapa aku bersemangat bercerita tentangmu. Dia memotivasiku untuk membuka hati. Dan aku tidak tau bahwa kejadian selanjutnya adalah kita sering jalan untuk makan malam. Aku merasa senang itu saja, tidak lebih. Aku takut jatuh cinta.

Suatu malam minggu kamu sms, mengajakku makan malam. Seperti biasa aku menjemputmu aku heran, malam itu kamu rapi sekali. Whats happen? Aku tidak tau. Kita putar-putar di jalan, kamu ingin membelikanku boneka mickey. Kita mendatangi beberapa toko. Hmm uangmu tidak cukup, aku tersenyum saja. "Kita makan saja ya." Aku mengangguk.

Dan disanalah di warung steak and shake, kamu bicara banyak tentang perasaan-perasaan. Bahwa aku membuat perasaanmu kacau. Selama ini kamu meyakini hidup menyendiri itu menyenangkan. Dan seterusnya….malam itu kamu mengajukan proposal, kita memutuskan untuk pacaran.

Hari-hari setelahnya adalah biasa saja, karena aku masih belum percaya. Bahwa memiliki teman dekat itu menyenangkan, memang iya, namun aku masih takut jatuh cinta karena aku takut patah hati. Itulah mengapa seumur itu aku belum pernah pacaran. Aku masih bertanya-tanya tentang cinta dan bagaimana mencintaimu. Seminggu berikutnya kamu bertanya, "Apa kita serius?" "Ya" jawabku yakin, tak seyakin suaraku. "Baiklah, kita serius" Jawabmu.

Lalu sebulan berikutnya kamu menangis saat aku hendak pulang, kamu menangis takut kutinggalkan. Pagi-pagi kamu menyodorkan buku harianmu. Kamu menyuruhku membacanya…hari itu aku baru percaya bahwa kamu mencintaiku. Hari itu aku mulai percaya dan berani mencintaimu. Hari itu aku baru percaya kita saling mencintai. Bahwa sejak hari itu dengan keluguan, kebodohan, dan kepolosanku…aku hanya ingin mencintaimu saja.

Memoar Habibie dan Ainun


Kemarin aku membeli buku kenangan Habibie dan Ainun. Buku ini berisi pengalaman hidup mantan presiden Habibie bersama istrinya Hasri Ainun. Aku membeli buku ini karena dorongan ingin mengerti bagaimana belajar mencintai? Bagaimana mencintai dengan tulus?

Habibie mengisahkan bagaimana pertemuan dan kebersamaannya dengan Ainun dengan bahasa bahwa jiwa mereka adalah manunggal. Bahkan tanpa berkata pun, mereka tau satu sama lain untuk merasakan, memahami, dan mengerti hanya melalui pandangan mata. Begitu kuatnya telepati yang ada dalam jiwa mereka.

Keberhasilan demi keberhasilan selalu di capai oleh Habibie. Prestasi itu tak hanya dalam kancah nasional namun juga Internasional. Dalam setiap penghargaan yang diterima, Habibie selalu tak lupa mengucapkan terimakasih, bahwa keberhasilannya tersebut tak lepas dari jasa dua perempuan yang selalu sayang dan mendukungnya. Perempuan itu adalah Ibu dan istrinya Ainun. Setiap mengucapkan pidato terima kasih, dia selalu memandang mata Ainun dengan perasaan cinta.

Habibie menceritakan bagaimana Ainun adalah anugerah dari Allah untuk dirinya. Ucapan syukur terus diucapkan mengingat perjalanan hidup bersama selama 48 tahun 10 hari. begitu mengesankan. Ya Allah, Berikan aku anugerah seperti ini.

Tangisku pecah saat membaca bagaimana masa-masa Ainun Sakit. Bagaimana Habibie menjaga Ainun dengan perhatian dan doa, tak pernah berpisah dan selalu bersama dalam suka dan duka. Saat-saat mengharukan.Habibie selalu datang jam 10 ke ruang ICU untuk menemani Ainun. pernah suatu hari, Habibie terlambat. Disitu dia melihat Ainun meneteskan airmata. Habibie Bertanya "Apa kamu sakit?". Tidak, jawab Ainun. "Apa kamu menginginkan sesuatu?" Tidak, Jawabnya lagi. "Apa kamu mengkhawatirkan aku?" lalu Ainun Mengangguk. Oh...manis sekali. Bisakah ini terjadi padaku? Menghadapi saat-saat terakhir dengan seseorang yang kita cintai, setia menemani kita.

Buku ini begitu jujur, semua tertulis apa adanya. Tak berbunga-bunga, aku melihat karakter pak Habibie sebagai orang yang lugas dan apa adanya. Dia selalu mengatakan bahwa pandangan mata Ainun selalu meneduhkan dan selalu ia rindukan. Sebuah bahasa sederhana yang mampu menjelaskan semuanya, tentang cinta.

Semoga Allah selalu menyayangimu Habibie dan Ainun. Semoga kesabaran dan kebahagiaan selalu tinggal dalam hati kita. Amin

puisi SHG (1)

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah.
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza
Tapi, aku ingin habiskan waktuku di sisimu, Sayangku.
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang
Manis di Lembah Mandalawangi

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
Tapi aku ingin mati disimu, manisku.
Setelah kita bosan hidup dan bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu.

Mari sini, sayangku.
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung.
Kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan kehilangan apa-apa.

Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan
Yang kedua dilahirkan tapi mati muda
Dan yang tersial adalah berumur tua

Berbahagialah mereka yang mati muda
Mahluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada
Berbahagialah dalam ketiadaanmu

Soe Hok Gie
(CSD,Selasa, 11 November 1969)