Pertemuan

Aku bertemu denganmu dalam keadaan tidak sempurna. Keaadaanmu dan keadaanku. Keadaanku yang hampa dan sepi setelah kehilangan bunda. Aku menemukanmu terasing, payah, dan sendirian. Suatu hari tiba-tiba merasa khawatir dengan keaadaanmu. Aku berbincang dengan penjaga kampus tentangmu, hari-harimu yang tidur di kampus itu. Aku berfikir lama, kenapa aku menghawatirkanmu? Ini hanya khawatir biasa sebagai sesama teman?

Suatu malam ada rapat di lantai dua, aku pesan nasi goreng. Malam itu aku tidak terlalu lapar, reflek saja ikut pesan makanan. Teman-teman rame berceloteh, lalu ada yang teriak "siapa yang belum makan?" Teman-teman masih rame. Aku melihatmu sepintas, diam. Kamu bilang " Aku belum." Lalu dengan santai, makan punyaku aja mas, aku masih kenyang. " " Eh serius, makasih ya, kamu baik sekali. " well perasaanku senang.

Hari demi hari, aku mulai mengamatimu, dan lebih sering memperhatikanmu. Aku bertanya-tanya tentang perasaanku, dan tak berani menyimpulkan. Aku hanya merasa senang berbincang denganmu yang tertutup itu, dan nyatanya kamu sedikit bicara. Kamu meminta pendapat, kamu memberiku dua buah tulisan sebuah cerpen. Kamu mau aku menilainya. Aku suka membacanya. Aku suka tulisanmu yang halus. Aku mulai tertarik? I don’t know?

Hingga suatu hari aku bertemu dengan saudara lama, yang beberapa bulan numpang di tempatku. Aku bicara banyak dengannya. Entah mengapa aku bersemangat bercerita tentangmu. Dia memotivasiku untuk membuka hati. Dan aku tidak tau bahwa kejadian selanjutnya adalah kita sering jalan untuk makan malam. Aku merasa senang itu saja, tidak lebih. Aku takut jatuh cinta.

Suatu malam minggu kamu sms, mengajakku makan malam. Seperti biasa aku menjemputmu aku heran, malam itu kamu rapi sekali. Whats happen? Aku tidak tau. Kita putar-putar di jalan, kamu ingin membelikanku boneka mickey. Kita mendatangi beberapa toko. Hmm uangmu tidak cukup, aku tersenyum saja. "Kita makan saja ya." Aku mengangguk.

Dan disanalah di warung steak and shake, kamu bicara banyak tentang perasaan-perasaan. Bahwa aku membuat perasaanmu kacau. Selama ini kamu meyakini hidup menyendiri itu menyenangkan. Dan seterusnya….malam itu kamu mengajukan proposal, kita memutuskan untuk pacaran.

Hari-hari setelahnya adalah biasa saja, karena aku masih belum percaya. Bahwa memiliki teman dekat itu menyenangkan, memang iya, namun aku masih takut jatuh cinta karena aku takut patah hati. Itulah mengapa seumur itu aku belum pernah pacaran. Aku masih bertanya-tanya tentang cinta dan bagaimana mencintaimu. Seminggu berikutnya kamu bertanya, "Apa kita serius?" "Ya" jawabku yakin, tak seyakin suaraku. "Baiklah, kita serius" Jawabmu.

Lalu sebulan berikutnya kamu menangis saat aku hendak pulang, kamu menangis takut kutinggalkan. Pagi-pagi kamu menyodorkan buku harianmu. Kamu menyuruhku membacanya…hari itu aku baru percaya bahwa kamu mencintaiku. Hari itu aku mulai percaya dan berani mencintaimu. Hari itu aku baru percaya kita saling mencintai. Bahwa sejak hari itu dengan keluguan, kebodohan, dan kepolosanku…aku hanya ingin mencintaimu saja.

Tidak ada komentar: