Thanks to Ajahn Brahm


Hari ini aku banyak tertawa...menertawakan hal-hal lucu yang telah kulakukan selama ini. Terima kasih buat Ajahn Brahm untuk bukunya yang inspiratif “Si Cacing dengan Kotoran Kesayangannya”. Aku baca buku itu lagi, padahal buku itu sudah nangkring di rak bukuku selama setahun. Dulu aku telah membacanya sampai selesai dengan penghayatan yang terbatas. Sekarang aku membacanya dengan penghayatan penuh.

Dia bilang, ada dua kebebasan di dunia ini yaitu kebebasan untuk berkeinginan (freedom of desire) dan (fredom from desire). Manakah yang kamu pilih? Di kebudayaan modern kita hanya menemukan kebebasan untuk berkeinginan. Namun di kehidupan seperti itu orang-orang justru tidak benar-benar bebas. Kebebasan jenis kedua, kebebasan dari berkeinginan, hanya di kenal dalam komunitas religius. Mereka menjunjung kedamaian dan bebas dari berkeinginan.

Dimanakah kamu merasa nyaman? Disanalah kedamaian menyertaimu. Bebaskan keinginan dan terimalah yang kamu punya. Bismillah...semua akan berlalu. Saat kita bahagia, bahagia itu akan berlalu. Saat kita sedih, sedih itu pun akan berlalu. Semua hal di dunia ini akan berlalu.

Harus ada orang yang berada dibawah, berkorban dengan gagah berani untuk membuat orang lain bahagia. Kita ingin berada dimana? Berkorban atau bahagia? Berkorban untuk bahagia?

Semua tergantung bagaimana kita menyambutnya, rasa sakit kemarilah apapun bentukmu pintu hatiku selalu terbuka untukmu, apapun yang kamu lakukan masuklah.

Dia yang tahu, diam tak berbicara;
Dia yang berbicara; tidak tahu


Hmmm....thanks,
Bebaskan dirimu dari bayang-bayang keinginan. Bahagiakan dirimu dengan menerima yang kamu punya. Sambutlah kebaikan yang datang sebagai anugrah. Sambutlah keburukan yang datang sebagai anugrah. Jika kita menerima tanpa membedakannya, maka kita akan selalu bahagia.

"wajah dan senyum ceria itu, seperti bunda maria"

Terimakasih, Mari minum teh...Mari tertawa lagi...
(sambil terpingkal-pingkal menyaksikan temanku menari brigden)

Bayangan Mama dan Anak Kecil itu!

Jadi cukuplah begini. Apakah aku lemah? Apakah kamu yang lemah? Aku terus bertanya-tanya. Berhentilah bertanya. Karena pertanyaanmu itu membuat pusing. Semua yang terjadi ingin memberitahumu, menggugah pikiranmu tentang orang-orang itu.

Ya...aku hanya mendengarkan, ijinkanlah aku menjadi diriku sendiri. Aku yang lemah, aku yang kuat suatu ketika, aku yang tidak suka naik kendaraan umum, aku yang mual dengan bau bus,aku yang mudah memaafkan,aku yang tidak suka warna hitam, aku yang tidak suka menyimpan dendam, semuanya tentang aku. Hari ini aku hanya ingin pulang ke rumah yang hangat, yang mengerti aku tanpa aku memintanya. Enak sekali membayangkan itu. Ada ibuku ada ibumu yang aku cintai, aku sayangi, yang aku cium pipinya.

Ma...aku pulang ya. Aku akan merindukanmu, semua orang sangat hangat dan bersahaja. Aku merindukan keluarga seperti ini, aku ingin tinggal bersamamu lebih lama, tak apa-apa jika rumah ini hampir ambruk, karena aku hanya butuh rumah hatimu. Kamu melakukan semuanya, seperti aku ini orang penting saja. Harusnya ngga usah begitu kan?

Ma...hari ini aku merindukanmu, kenapa ciuman dipipimu terasa hangat sampai sekarang. Suaramu yang lantang, kamu memakai baju bagus hari itu. Dia bilang, kamu memakainya karena mau bertemu denganku. Kamu membeli kasur baru, korden baru. Karena aku akan datang ke rumah hatimu. Aku terharu dan menangis sepanjang jalan pulang dalam bus itu, karena bersyukur. Rasanya ingin menghentikan bus dan kembali lagi.

Ma...aku dan dia telah berbeda, namun menyayangimu. Aku ingin bilang jika masak jangan kebanyakan vitsin. Aku ngga mau kamu sakit. Dia sedih jika kamu sakit. Karena aku tau dia sangat menyayangimu. Aku tahu dia memaksa dirinya untuk jahat dan kasar akhir-akhir ini. Biarlah dia begitu, aku tahu sesungguhnya jauh dihatinya dia orang yang lembut. Dan aku tak bisa memaksa diriku untuk kasar, aku tak bisa.

Saat itu, aku merasa ibuku telah kembali dalam dirimu. Hatiku penuh sekali sampai, hampir meledak. Sungguh tidak apa-apa, jika aku akan selalu mengenangmu seperti saat ini. Mengenangmu membuat hatiku hangat kembali, seperti luka ini sembuh. Seperti segala hal yang menyakitkan itu lenyap. Hmm...mungkin kamu lupa denganku. Tapi aku tidak akan lupa. Oya aku juga suka makan masakanmu...

Meskipun Cuma 2 hari aku memilikimu, aku merasa dekat sekali...aku merindukanmu Ma, sejelas aku merindukannya. Seandainya aku bisa bicara denganmu, seandainya aku mengerti bahasamu...aku ingin bilang, aku menyayangimu sebanyak waktu yang kupunya,...sebanyak hati yang kamu butuhkan.

Jangan benci padaku ya Ma...karena aku selalu menyayangimu dalam ingatanku.

Aku teringat gadis itu bicara lantang ingin menunjukkan fakta padaku. Aku kaget namun sekaligus tegar sementara. Hmm...gadis kecilku yang manis, makasih ya...kamu telah mendengar banyak hal. Kamu yang bosan namun tetap setia. Kamu yang bosan namun sayang padaku.

Ada bunyi jangkrik memecah kesunyian, suaranya yang nyaring telah ikhlas menemaniku. Beruntunglah yang masih mendengar suara jangkrik. Pasti itu jadi suara langka jika kita tinggal dikawasan padat penduduk.

Tiba-tiba, aku ingin makan kue. Akhir-akhir ini aku banyak makan kue. Apa ya, aku makan apa saja asal aku suka. Asal perutku terisi. Baiklah aku harus pergi ke toko kue kan? Beli yang banyak untuk jam tayang 24 jam.

Hai...ikan, hai jangkrik...hai kucing, apa kamu mau sesuatu? Tetaplah bersamaku. Aku juga akan beli sesuatu untukmu.

Kita harus berbagi makan pada apa saja kan? Berbagi sayang dan cinta. Cinta yang universal. Menyayangi mereka yang mengkhianati kita, menyayangi mereka yang menyakiti kita. Kemarilah, saat kamu lelah dalam pencarian, saat kamu ragu dan bertanya-tanya.

Dunia ini seperti panggung sandiwara. Ada yang baik dan ada yang buruk. Tau tidak? Baik dan buruk itu pikiran kita yang menentukan.

Ada anak durhaka dengan orang tua, namun merasa baik-baik saja. Ada bibi yang jatuh cinta dengan anak asuhnya. Ada perempuan yang tega menyakiti perempuan lain. Ada ibu yang meratapi kepergian anaknya. Ada ustazd tergila-gila dengan paha mulus. Ada gadis yang merindukan ibunya sepanjang malam. Ada lelaki kesepian yang terjebak pada pergaulan. Ada koruptor.Ada pemuda kecanduan rela mencuri sepeda. Dan ada istri yang rela menjadi TKI, namun saat pulang mendapati suaminya kawin lagi. Macam-macam ya...


Kemarin aku melihat ada anak kecil, yang kedinginan menahan lapar dan kantuk pukul 11 malam di perempatan. Dia duduk mencangkung lutut di bawah rambu lalu lintas. Aku mau turun, namun lampu berubah hijau. Aku memikirkannya sepanjang malam. Rasanya ingin kembali. Aku membayangkan suatu saat, jika aku memutuskan untuk sendiri selamanya. Aku akan tinggal dengan satu anak pungut, lalu merawatnya dan mendidiknya. Menyayanginya dengan bahagia.

Bayang-bayang anak itu...membuka mataku...membesarkan hatiku...

A Moment To Remember


Film yang dirilis tahun 2004 ini dibuka dengan adegan Kim Soo Jin (Son Ye Jin) yang menunggu kekasihnya melarikan diri. Kekasih yang sudah punya istri. Setelah menunggu beberapa lama, ternyata kekasih itu tak datang juga. Kim Soo Jin kecewa dan marah, dalam tangis yang tertahan dia menuju telepon umum. Dengan perasaan ragu, akhirnya dia membatalkan niatnya menelpon kekasihnya.

Kim Soo Jin pergi ke sebuah toko, membeli minuman soda. Lalu berjalan, dia menyadari minumannya ketiggalan. Dia kembali dan disanalah dia bertemu Choi Chul Soo (Jeong Woo Seong). Ini adalah moment yang paling bagus dari film A momet to remember. Kim Soo Jin yang pelupa, mengira minuman yang dibawa Choi Chul Soo adalah miliknya. Dengan tanpa pikir panjang dia mengambil minuman soda itu dari Choi Chul Soo dan dia menenggak hingga habis dengan diakhiri cendawa yang cukup keras. Adegan yang lucu dan berkesan alami. Setelah minum, Kim Soo Jin ngeloyor pergi naik bus, ternyata saat mencari dompet, dia baru tahu dompetnya telah ketinggalan di Toko. Dia kembali lagi ke toko, dan menemukan dompet dan minuman soda masih ada di tempat kasir. Dengan perasaan bersalah dia baru menyadari telah meminum minuman milik orang asing.

Kim Soo Jin, pulang ke rumah. Ibunya tetap menyambutnya dengan sayang, meski mendapat olok-olok dari sang adik, karena berniat kabur dengan suami orang. Sebuah keluarga yang harmonis, mereka makan bersama dalam suasana tenang tanpa amarah. Kim Soo Jin bekerja di perusahaan pembuat baju pria. Disana dia bertemu teman kampus istri kekasihnya. Dia mendapat sindiran dan gunjingan sebagai perusak rumah tangga orang. Dia stress dan berniat memotong rambutnya. Kapster berujar “potong rambut tak menyelesaikan masalah, Waktu yang akan menyembuhkan.”

Musim berganti, waktu berlalu.

Kim Soo Jin turut serta meninjau lokasi proyek ayahnya, yang seorang kontraktor.
“Gadis kecilku telah kembali”
“Aku telah merusak nama baik keluarga, ayah terpaksa membelaku”
“Melupakan dengan mudah adalah berkah, tinggalkan kesalahanmu, mulai awal yang baru.” Ujar sang ayah bijaksana.

Di lokasi proyek ayahnya, Kim Soo Jin bertemu lagi dengan Choi Chul Soo, namun dia agak lupa-lupa ingat. Hingga suatu hari dia diminta untuk membantu kantornya menyelesaikan perbaikan dinding gedung yang rusak yang ditinggal pekerjanya. Kim soo Jin menelpon ayahnya untuk minta bantuan, akhirnya ayahnya mengirim Choi Chul Soo untuk membantunya. Sebuah pertemuan tak di sengaja lagi. Dengan pengulangan yang sama adegan minum soda itu di tampilkan lagi, namun sekarang Choi Chul Soo yang mengambil minuman dari tangan Kim Soo Jin. spontan!

Setelah pertemuan itu, ada insiden perampokan. Choi Chul Soo menyelamatkan Kim Soo Jin, akhirnya mereka pulang bersama. Pertemuan selanjutnya mereka pacaran. Mereka terlihat bahagia.
"Tidakkah kau ingin bertemu orang tuaku?" ucap Kim Soo Jin
"Buat apa?"
"Siapa tau kita nanti menikah?"
"Apa yang kau lihat dari aku? Lihat dirimu, kau ini seperti seorang putri, sementara aku,aku seperti pengemis."

Choi Chul Soo menganggap hubungan ini hanya main-main saja tidak untuk serius, ia masih takut.
“Teganya kau membuat seorang gadis menderita, apa salahnya menginginkan menikah dengan pria yang dicintai.”
“Aku tak bisa terikat, bukan aku tak mau.”
“Kenapa?”
“Kau membuatku Takut.”
“Kenapa?”
“kau terlalu percaya diri. Apa kamu tahu, hidup ini bisa sangat keras dan kejam. Anggap Saja kita menikah, apa kita akan bahagia?”

Lalu orang tua mereka datang, Ayah Kim Soo Jin Marah menganggap Choi Chul Soo tak sederajat. Sang ayah bertanya macam-macam. Apa kamu punya rumah? orang tuamu? Kim Soo Jin yang tak sanggup menghadapi obrolan itu akhirnya meminta ijin ke kamar mandi. Dia pingsan.

Melihat ketulusan dan kasih sayang keduanya, akhirnya sang ayah menyetujui hubungan itu. Mereka menikah. Awalnya mereka bahagia, namun semua berubah sedih saat menyadari Kim Soo Jin terkena Alzheimer yaitu penyakit hilang ingatan.
Dokter berkata:
“Ada protein tak lazim yang menggumpal di urat nadi otakmu yang mempengaruhi sel otak. Jelas ini adalah faktor turunan. Kasus yang amat langka. Kau mengidap ….. Penyakit Alzheimer …”.
“Walaupun usiamu baru 27 tahun, itu mungkin saja. Ini yang akan terjadi kepadamu. Kematian secara mental akan terjadi sebelum kematian secara fisik. Sebaiknya persiapkan dirimu untuk hal yang sudah jelas akan terjadi. Obat-obatan mungkin bisa memperlambatnya, tapi hanya sebatas itu”.
“Apa kau bekerja? Kalau iya, segeralah berhenti. Segera kau tak akan bisa mengetik atau menjawab telepon, apalagi mengatur. Nyaris tak ada yang dapat kau lakukan. Kau akan lupakan keluargamu, teman-teman dan bahkan dirimu sendiri. Semua ingatanmu akan terhapus total”.
Kim Soo Jin menangis tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Lalu dia pergi ketempat memukul bola. Tempat favoritnya saat mengahabiskan waktu dengan Choi Chul Soo.
“Apa kau tau? Ada penghapus di kepalaku. Kau benar, tak ada orang yang bahagia selamanya. Apa gunanya cinta jika ingatan kita hilang. Dengan hilangnya ingatan, hilang pula jiwaku.”
“serahkan saja padaku, ingatanmu dan jiwamu.”
“Jangan berbaik hati padaku, karena aku akan lupa. Kau terlalu percaya diri, hidup ini bisa kejam.”
“ Kau masih ingat itu?”
“Mana mungkin? Kau Jahat!”
“Begini kita mulai awal yang baru, seperti pacaran untuk selamanya.”
Adegan yang paling menguras air mata. Semua dialog, gestur dan setting yag serba alami. Sederhana namun mengena, semua terasa manis.

Hari berikutnya Choi Chul Soo membantu ingatan Kim Soo Jin dengan menulis banyak hal di semua tempat, di setiap bagian rumahnya. Kim Soo Jin memutuskan berhenti bekerja. Mulanya hal itu membantu, namun lama-lama masalah ingatannya bertambah parah. Dia lupa pada Choi Chul Soo, suaminya sendiri. Dia menyebut suaminya dengan nama mantan kekasihnya Yong Min.
“Yong Min, aku cinta padamu”
Hancurlah hati Choi Chul Soo, Kim Soo Jin telah melupakannya. Namun dia tak bisa marah karena hal itu tak di sengaja. Dia bergegas ke kantor dengan tetap tersenyum menahan tangis.
Sepulang kerja, Choi Chul Soo mendapati rumahnya sepi. Ternyata Kim Soo Jin telah meninggalkannya dengan sepucuk surat:

Maafkan aku aku tak pernah bermaksud menyakitimu. Ya Tuhan, apa yang telah kuperbuat? Kau menangis? Aku tak mau melihatmu menderita atau menangis. Aku hanya ingin membuatmu bahagia. Tapi aku hanya membuatmu menderita. Chul Soo…Chul Soo Cintaku…
Jangan Salah paham, Aku hanya cinta padamu, hanya kau yang ada dalam hatiku. Aku hanya ingat dirimu, sungguh betapa inginnya aku tunjukkan isi hatiku padamu.
Apa mungkin bisa kulakukan itu, saat ingatan ku masih ada? Oh Jantungku berdebar…
Aku kim Su-Jin. Hanya mencintai Choi Chul soo...dst..


Chul-Soo berkunjung ke rumah Ayah Kim Soo Jin, disana dia mendapat surat gugatan cerai, namun dia merobeknya.
“Memaafkan adalah memberi sedikit ruang bagi rasa benci. Dia telah mengajarkan banyak hal kepadaku. Aku harus menemuinya, ada hal yang ingin kukatakan padanya sebelum dia benar-benar melupakanku. Jika tidak, Apalah arti hidupku?”

Chul soo berniat meninggalkan rumahnya, setelah menutup pintu dan menyeret kopernya dia memeriksa kotak surat. Dan di sanalah, dia menemukan surat dari Kim Soo Jin. Chul Soo melacak alamat pengirim dari stempel pos. Rupanya Kim Soo Jin di rawat di sebuah Sanatorium.

Pertemuan yang haru, bagaimana perasaanmu? Mendapati orang yang sangat kau cintai telah melupakanmu?

Akhirnya chul soo membawa soo jin keluar dari rumah sakit dan mengajaknya ke mini market dimana pertama kali mereka bertemu, dan di dalamnya terdapat ayah, ibu, adik dan semua orang yg dikenalnya. Hingga Kim Soo jin pun mengingat kembali ingatan yg sempat hilang tersebut.

Sebelum ingatan Kim soo jin hilang lagi untuk selamanya, chul soo pun mengatakan sesuatu yg selama ini belum pernah dia katakan kepada Kim Soo Jin “aku cinta padamu.”

Film ini sangat sentimentil, menguras air mata. Aku menontonnya berulang-ulang, semuanya terasa manis. Dari setting pengambilan gambar yang efisien, adegan yang sederhana namun cukup terasa dekat. Dengan durasi sekitar 144 menit, mampu membius emosiku. Aku menangis berulang kali, sedih yang menyenangkan. Masokis! Beberapa teman merasa tidak suka dengan film ini karena terlalu sedih. Namun film ini memberi banyak pelajaran tentang bagaimana memaafkan dan mencintai.

Pikiranku Pagi Ini


Pagi yang dingin, aku tidak boleh terkurung di dalam kamar ini, kamar yang dulu kusenangi namun belakangan ingin selalu kutinggalkan. Ingin pergi ketempat dimana membuat aku merasa ringan dan damai.

Aku keluar naik mio, seminggu ini aku tukeran motor dengan saudara. Ada fikiran lucu naik mio membuat perasaanku jadi feminin, sebuah kesenangan kecil saat membayangkan ini. Aku merasa rileks, semoga ayah mengabulkan permohonanku untuk mengganti. Aku melaju ke lapangan badminton di daerah Nitikan dekat terminal lama, mungkin aku hanya menonton atau sedikit bermain. Karena aku sudah lama tidak main badminton, takut sakit. Aku teringat pertama kali main, saking semangatnya aku kurang pemanasan. Efeknya dadaku panas sekali seperti terbakar, Nafasku jarang-jarang, keringat mengucur, panasnya bukan main. Aku bertanya-tanya kepada teman-temanku. Aku ini kenapa? Mereka bilang aku kurang pemanasan. Ooooh begitu? Lalu aku minum pelan-pelan. Aku menertawakan kebodohanku.

Bayanganku tertuju pada politikus yang meninggal karena serangan jantung, yang belakangan ramai mengisi acara infotainmen, dia adalah Adjie Massaid. Dia meninggal setelah main bola. Aku membayangkan dan menghubungkan apakah kurang pemanasan dalam olahraga juga bisa fatal? Dalam analisa laporan Kompas yang kubaca minggu lalu, kondisi fisik seseorang yang kurang fit, kurangnya pemanasan dalam berolahraga bisa memicu kerja jantung tidak sempurna jika ini tak diantisipasi maka bisa fatal, banyak kasus atlit yang meninggal di tempat latihan. Hmmm....Aku ngeri membayangkannya.

Soal kematian ini, aku punya pikiran semakin lama seiring bertambahnya waktu, kematian itu akan semakin mendekati kita. Kita hanya perlu bersiap-siap menyambutnya.

Aku sampai di lapangan itu, namun di dalam masih sepi, tak seperti biasanya. Aku menunggu di luar. Lapangan itu bersebelahan dengan gedung TK. Disana banyak anak-anak kecil rame sekali. Bermain kesana kemari, bertingkah lucu dan tertawa riang. Segala macam media permainan mereka coba. Jaman sekarang macam-macam alat permainan disediakan untuk membuat anak-anak gembira. Gedung itu tidak terlalu luas, alat-alat itu di taruh di halaman yang sempit. Dari desainnya Terkesan memaksa. “Karena itu gedung TK maka harus ada media untuk bermain.” Apa mereka tau semua permainan itu terkesan mekanis? Berulang-ulang dan menjemukan. Ada “prosotan”, ayunan, dan tangga-tangga dengan bentuk kubus, yang semuanya di cat warna-warni. Semuanya tersedia dengan seragam.

Jaman aku TK dulu, alat-alat permainan itu tidak ada di sekolah. Namun kita bisa menikmati permainan yang sama dengan membuatnya sendiri. Bedanya tidak dicat warna-warni. Kita main ayunan yang di gantung di pohon, buat rumah-rumahan dari kardus semen, belajar naik pohon, dan untuk yang satu ini aku paling tidak bisa.

Bermainlah anak-anak, ini adalah masamu untuk bermain. Saat aku kecil, aku ingin sekali menjadi orang dewasa. Berharap melakukan hal-hal yang bisa dilakukan oleh orang dewasa. Waktu itu aku selalu mendapat banyak larangan, tak boleh ini, tak boleh itu, dengan alasan masih anak kecil. Saat kecil aku sering mengukur kakiku dengan ubin, apakah sudah melewati garis, jika sudah maka aku menganggap diriku sudah dewasa. Ah...ini adalah rahasia, bagaimana ubin semen itu bisa jadi ukuran? Aku juga mengukurnya dengan ukuran sepatu, waktu itu ukuranku selalu nomer 36. Hmm...kapan bisa jadi 40? Aku membatin saat dewasa nanti ukuranku adalah 40 dan ternyata benar, ukuran sepatuku sekarang adalah 40.

Bermainlah anak-anak yang lucu, yang manis, nikmati duniamu. Aku iri melihatmu, jika boleh aku ingin kembali menjadi anak kecil seperti dirimu. Kembali polos, selalu jujur, tidak berbohong dan dibohongi.

Pikiranku kemana-mana, dengan head set menutup telinga. Suara Afghan, penyanyi dengan colour suara lembut yang sangat kusukai merasuk dalam. “Bukan Cinta Biasa”, mengalun perlahan, menemani pagiku yang dingin dan sepi. Mengapa aku merasa sepi ditengah riuh ramainya teriakan dan celoteh anak-anak itu. Lagu anak-anak sayup-sayup terdengar, namun lagu dalam handphoneku menghisap, menyeretku untuk tenggelam. Saat lirik “terimalah pengakuanku” di akhir lagu...rasanya air mata ini bisa tumpah kapan saja. Oh Tuhan...jika engkau menciptakan perasaan ini untuk bahagia dan sedih, berikanlah bahagia itu lagi. Aku menerima yang sederhana itu, asalkan abadi dan tak pernah terbagi lagi.

Ditempat lain, orang kesal memikirkan negara yang kian kacau. Yang tak bisa melindungi warganya dari kekerasan. Betapa mudahnya orang mati di negeri ini. Hanya karena beda keyakinan, hanya karena ingin merdeka. Orang Ahmadiah di bunuh karena mempertahankan keyakinannya. Dan yang membunuh pun mengatasamakan agama. Kenapa harus ada agama jika tidak membuat kita baik? Apakah agama itu? Apakah dia minta dibela dengan cara itu? Seandainya dia bisa bicara.

Sebagian kecil orang di negeri ini, berfoya-foya, menumpuk harta menikmati uang hasil korupsi. Mereka merampok, untuk kesenangan yang tak pernah ada habisnya. Mereka menutup mata ketika ada berita kelaparan dimana-mana, ada lumpur yang menenggelamkan rumah dan harta benda, dan membuang muka saat melihat banyak anak jalanan putus sekolah tinggal di kolong jembatan.

Dimanakah nurani? Dimanakah? Berikanlah keadilan itu...! pikiranku rumit, melompat-lompat. Aku mengingat ucapan. That’s just live honey...not heaven!

Seperti ini loh...!

Katakanlah seperti ini, seperti dulu kamu mengatakannya untuk meyakinkanku. Saat kita sama-sama takut, ragu, dan bertanya-tanya.

"Ada gelap, barangkali takut
didepan jalan yang tengah kita lewati.
Mari sama-sama kita enyahkan
atau kita simpan dalam telapak kaki kita
Mari kita terus
sebab tanpa kamu, takut itu akan berlanjut
menjadi cemas
kalau harus senang atau sedih
aku sangat ingin merasakan bersama
Ah, mari kita siapkan peta kemungkinan lagi
Dan aku mohon kamu belum jera
berada disampingku
Mari kita lewati bersama-sama
karena kamu adalah hati yang tetap
dalam jiwaku"
(sfs)

I say: I want to live anywhere, in everyplaces, where there is you forever...

Kebijakan Kredit bagi UMKM Korban Bencana Merapi



Sedikitnya ada 12 orang yang telah mengadukan kasus kredit macetnya ke LBH. Mereka adalah para korban letusan gunung merapi yang memiliki Usaha Mikro Kecil Menengah. Umumnya mereka tinggal di daerah rawan bencana sekitar lereng gunung merapi. Seperti pengalaman beberapa tahun lalu ketika Yogyakarta terkena musibah Gempa. Banyak warga bantul yang mengalami kejadian serupa.

“Jumlah nilai kerugian akibat letusan Merapi mencapai Rp1,138 triliun atau 27 persen, sedangkan nilai kerugian adalah Rp3,089 triliun atau 73 persen,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho. Menurutnya, nilai kerusakan paling besar kedua setelah sektor perumahan dialami sektor sumber daya air dan irigasi yang mencapai 13 persen dari total nilai kerusakan.Sementara itu sektor pertanian mengalami kerugian mencapai Rp1,326 triliun atau 43 persen dari total nilai kerugian, disusul kerugian sektor industri dan UMKM sebesar Rp 382 miliar atau 12,4 persen dari nilai kerugian.

Dikatakan, secara keseluruhan sektor pertanian budidaya dan tanaman pangan tetap menjadi sektor yang paling terkena dampak dengan nilai total dampak Rp1,326 triliun yang merupakan 31,4 persen dari nilai total kerusakan dan kerugian.

Menurut data dari Kementrian Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) 3.000 unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta 157 unit koperasi di tiga kabupaten di Jawa Tengah terpuruk akibat terkena dampak letusan Merapi. Mayoritas UMKM itu bergerak di sektor pertanian, kerajinan dan perdagangan.

Bencana memang sudah terjadi, dan telah meninggalkan banyak persoalan bagi warga, termasuk bagaimana menggerakkan ekonomi warga daerah yang dilanda bencana. Tentu mereka mengalami kesulitan berantai. Alat-alat produksi yang biasa dipakai untuk bekerja tidak dapat dipakai lagi. Sementara itu mereka harus memikirkan pinjaman modal yang jatuh tempo. Ibarat kata untuk makan saja susah, Ditambah lagi harus membayar hutang?
Dampak bencana bagi pelaku UMKM dapat kita identifikasi menjadi 2 varian besar antara lain: pertama, UMKM yang mengalami kerugian secara langsung yang meliputi rusakya tempat kerja, rusaknya peralatan kerja, rusaknya alat bantu kerja atau alat transportasi, rusaknya bahan baku baik barang jadi maupun barang setengah jadi, sulitnya mendapatkan tenaga kerja pasca bencana, dan masalah order yang tidak terselesaikan. Kedua dampak tidak langsung antara lain Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang menurun, turunnya semangat kerja, tekanan dari kreditor terhadap hutang jatuh tempo, suplai bahan baku yang terhambat, serta hilangnya kepercayaan dari buyer karena produksi terhambat.

Dari 12 orang korban yang mengadu, 9 orang mengalami kredit macet setelah erupsi, sedangkan 2 orang lainnya mengalami kredit macet sebelum erupsi merapi. Rata-rata jumlah pinjaman adalah 10 juta. Bank-bank yang menjadi kreditur adalah BRI Cabang Sleman, BRI Unit Sleman, BRI Unit Pakem, Bank Danamon DSP Unit Pakem, BPR Mlati Pundi Artha Sleman, dan BPR Profindana Paramitra.

LBH yogyakarta sebagai kuasa hukum telah mengirim Surat Permohonan Penundaan Lelang dan pembayaran kewajiban, seperti kepada pimpinan Bank Danamon DSP Unit Pakem, pimpinan BRI Cabang Sleman, BPR Mlati Pundi Arta dan lainnya.

Dari permohonan tersebut, ada beberapa bank yang merespon baik namun ada yang merespon buruk. Sebagai contoh, LBH telah membantu mediasi kepada bank Danamon namun tidak membuahkan titik temu. Sementara itu BRI menyambut baik terhadap apapun usaha yang akan diupayakan, intinya mereka bersedia melakukan perundingan. Untuk UMKM yang mengalami kredit macet sebelum erupsi, LBH akan memperjuangkan untuk memending pembayaran hutang. Sementara untuk UMKM yang macet setelah erupsi, akan dimintakan menghapus buku selama 2-3 tahun.

Mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No. 8/15/PBI/2006 Tentang Perlakuan Khusus Terhadap Kredit Bank Bagi Daerah-Daerah Tertentu di Indonesia Yang Terkena Bencana Alam dan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 12/80/Kep.GBI/2010 Tentang Penetapan Beberapa Kecamatan di Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Slaman sebagai Daerah yang memerlukan perlakuan khusus terhadap Kredit bank.
Direktur Bank Mandiri Zulkifly Zaini, mengungkapkan bahwa tidak ada kebijakan untuk menghapus hutang karena itu bertentangan dengan kebijakan Bank indonesia. Pihaknya hanya akan menerapkan kebijakan restrukturisasi hutang dan penghapusan bunga selama enam bulan.

Menurut Endang Sih Prapti Ekonom UGM yang memberi pengantar dalam Position Paper penanganan Kredit pasca Gempa oleh Tim LBH Yogyakarta menjelaskan, Yang perlu menjadi perhatian khusus dalam menerapkan kebijakan permodalan bagi Usaha Kecil Mikro dan Menengah adalah, menenetukan siapa stakeholders penerima manfaat dari kebijakan Peraturan Bank Indonesia no.8/10/PBI/2006. Siapakah yang disebut pengusaha Mikro, siapakah yang disebut pegusaha Kecil, dan Menengah. Ketidakjelasan definisi bisa membuat perlakuan “khusus” tersebut berubah menjadi “umum.” Selanjutnya skenario perlakuan pemberian kredit hendaknya tidak berkarakter sementara “ad hoc” namun harus memikirkan jangka panjang. JM Keynes juga terjebak dalam penyelesaan “ad hoc’ pada upaya penyelesaian dampak “the Great Depression” tahun 1930-an, sehingga semua solusi yang ditawarkan berkarakter “jangka pendek.”

Based practice yang bisa dijadikan panduan dalam penyusunan kebijakan pemberian kredit bagi UMKM korban bencana bisa mengacu pada kasus bom Bali dimana dalam peraturan PBI No.4/11/PBI/2002 secara tegas menyebutkan dasar UU no.9/1995 tentang usaha kecil sebagai dasar penentuan stakeholder yang di bantu.

Pemerintah sudah menyiapkan anggaran sekitar Rp15 miliar rupiah untuk mendanai program padat karya bagi pengungsi di empat kabupaten yang terkena dampak letusan Merapi. Yaitu, Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali. Dana itu permintaan langsung dari Wapres Boediono, agar dapat dipakai pemda setempat.

Dari upaya advokasi yang telah dilakukan LBH Yogyakarta hingga kini, pemerintah dinilai belum memikirkan pemulihan perekonomian bagi nasabah korban bencana Merapi.Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 64 tahun 2010, bank seharusnya sesegera mungkin mengidentifikasi kredit macet dalam koordinasi Bank Indonesia untuk penyelesaian bunga dan pokok nasabah. Namun proses hapus tagih ini lama dan tidak menjadi prioritas pemerintah.

Samsudin Nurseha salah satu Tim kuasa hukum dari LBH mengatakan, pihaknya akan melakukan mediasi dengan bank Indonesia untuk menyelesaikan kasus ini dengan menghapus hutang. Memang upaya ini akan bertentangan dengan skema PBI No. 8/15/PBI/2006 namun LBH menghimbau, penghapusan ini harus dilakukan mengingat pelaku UMKM tidak berproduksi dan menghasilkan uang.

Berkaca dari pengalaman bencana gempa tahun 2006, ternyata tidak ada kepastian tentang penghapusan utang sehingga nasabah tidak dapat memanfaatkan agunan dan tidak mendapat pinjaman baru untuk melanjutkan usaha. Kehidupan warga terus bergerak, mereka membutuhkan dana untuk melanjutkan hidupnya. Pemerintah jangan terus menunda memberi bantuan kredit kepada UMKM. Pemerintah harus segera merumuskan kebijakan dengan mekanisme yang jelas dan dapat di terapkan. Jangan sampai bencana ini berbuah bencana lagi!