B: Some say the world will end in fire. Some say in ice. But from what I've tasted of desire, I hold with those that favor fire. But if I had to perish twice...I think I know enough of hate to say that for destruction ice is also grave, and lots of ice.
E: Marry me.
B: Change me.
E: Okay I will if you marry me. It's called a compromise.
B: It's just called coercion.
B: Marriage is just a piece of paper.
E: Where I'm from it's the way one says "I love you".
B: Well, where I come from at my age, it's the way one say's "I just got knocked up".
E: So you're worried about what people will think.
--------------------
B: Why are you so against me becoming like you?
E: I told you.
B: Be honest with me. There's more.
E: I know the consequences of this choice you're making. I've lived through it, and to let you suffer that...You believe I have a soul and I don't, but to risk yours just for the sake of never having to lose you is the most selfish thing I'll ever do.
B: I thought that you were afraid that I'd feel different and like, I wouldn't be warm. I wouldn't smell the same.
E: You'll always be mine, just less fragile.
----------------
E: I just don't know why you're doing this.
B: What?
E: No, you're trying to make everyone else happy. But you're already giving away too much.
B: You're wrong. This wasn't a choice between you and Him. It was between who I should and who I am. I've always felt out of step, like literally stumbling through my life. I've never felt normal, because I'm not normal. I don't wanna be. I've had to face death and loss and pain in your world but I've also never felt stronger...like more real, more myself because it's my world too. It's where I belong.
E: So, it's not just about me?
B: No. Sorry. I've made a mess trying to figure this out but I wanna do it right and I wanna tie myself to you in every way humanly possible.
Ingin Ibu
Belakangan ini saya ingin sekali bertemu ibu, saya ingin sekali punya ibu. Yang selalu perhatian dan sayang tanpa saya memintanya. Yang mengerti apapun yang saya inginkan tanpa harus mengatakannya. Saya ingin ibu yang melahirkan saya hadir disini.
Saya ingin memanggilnya,…
Saya rindu sekali, sentuhannya yang menenangkan. Aromanya yang khas, masih jelas tertinggal dalam penciuman.
Saya masih ingat. Tiap saya pulang pada jam istirahat sekolah dan mendapati ibu tidak ada dirumah, saya selalu menangis. saya tidak melanjutkan sekolah pada jam berikutnya. Lalu teman-teman saya atau guru saya yang membawakan tas itu pulang. Sementara saya masih menangis sampai ibu datang. Kenangan itu sering mampir dalam ingatan saya akhir-akhir ini.
Ingatan kedua adalah sewaktu saya kepengin sekali makan sate. Ibu bela-belain membelikan untuk saya, padahal warungnya jauh. Penjualnya adalah teman ibu saya, mereka suka ngerumpi dan kadang sering lupa waktu. Hujan lebat sekali dan saya khawatir, pikiran buruk kemana-mana. Saya takut sekali, dalam penantian itu saya membuat janji banyak sekali, akan patuh, rajin belajar, rajin membantu dan sebagainya. Ini mungkin berlebihan, ini personal.
Saya kangen ibu yang memarahi saya. Mengomentari penampilan saya. Mengingatkan saya yang malas minum susu, karena saya tidak suka susu. Saya ingat dia selalu menunggui gelas susu saya hingga habis. Lalu mengingatkan saya untuk hal-hal baik lainnya.
Akhir-akhir ini keinginan itu rajin menghampiri saya. Saya ingin menghela nafas. Saya ingin ada jeda sejenak dari rutinitas, saya ingin tidak memikirkan apa-apa. Saya rindu nyaman darinya.
Ibu, saya ingin ibu disini. Ingin sekali ibu.
Ya Allah, mohon jaga ibu ya.
Saya ingin memanggilnya,…
Saya rindu sekali, sentuhannya yang menenangkan. Aromanya yang khas, masih jelas tertinggal dalam penciuman.
Saya masih ingat. Tiap saya pulang pada jam istirahat sekolah dan mendapati ibu tidak ada dirumah, saya selalu menangis. saya tidak melanjutkan sekolah pada jam berikutnya. Lalu teman-teman saya atau guru saya yang membawakan tas itu pulang. Sementara saya masih menangis sampai ibu datang. Kenangan itu sering mampir dalam ingatan saya akhir-akhir ini.
Ingatan kedua adalah sewaktu saya kepengin sekali makan sate. Ibu bela-belain membelikan untuk saya, padahal warungnya jauh. Penjualnya adalah teman ibu saya, mereka suka ngerumpi dan kadang sering lupa waktu. Hujan lebat sekali dan saya khawatir, pikiran buruk kemana-mana. Saya takut sekali, dalam penantian itu saya membuat janji banyak sekali, akan patuh, rajin belajar, rajin membantu dan sebagainya. Ini mungkin berlebihan, ini personal.
Saya kangen ibu yang memarahi saya. Mengomentari penampilan saya. Mengingatkan saya yang malas minum susu, karena saya tidak suka susu. Saya ingat dia selalu menunggui gelas susu saya hingga habis. Lalu mengingatkan saya untuk hal-hal baik lainnya.
Akhir-akhir ini keinginan itu rajin menghampiri saya. Saya ingin menghela nafas. Saya ingin ada jeda sejenak dari rutinitas, saya ingin tidak memikirkan apa-apa. Saya rindu nyaman darinya.
Ibu, saya ingin ibu disini. Ingin sekali ibu.
Ya Allah, mohon jaga ibu ya.
Stasiun 2
Stasiun adalah kenangan khusus. Disana menyimpan segala macam perasaan yang hadir paling komplit. Saat kedatangan dan kepulangan.
Ada perasaan malu-malu dalam perjumpaan sementara. Adakah yang berubah? Memastikan tak ada kekurangan. Lalu hanya senyuman. Saling memandangi,lupa bertegur sapa. Semua telah tergantikan dengan kehadiran.
Ada perasaan campur aduk yang berburu dengan waktu. Genggaman untuk saling menguatkan lalu mata yang memerah. Suara-suara ceria yang tiba-tiba wajib ada. Desir tipis oleh lengkingan peluit. Kali ini ada hujan ciuman, seperti semua orang itu pohon.
Ada perasaan malu-malu dalam perjumpaan sementara. Adakah yang berubah? Memastikan tak ada kekurangan. Lalu hanya senyuman. Saling memandangi,lupa bertegur sapa. Semua telah tergantikan dengan kehadiran.
Ada perasaan campur aduk yang berburu dengan waktu. Genggaman untuk saling menguatkan lalu mata yang memerah. Suara-suara ceria yang tiba-tiba wajib ada. Desir tipis oleh lengkingan peluit. Kali ini ada hujan ciuman, seperti semua orang itu pohon.
Langganan:
Postingan (Atom)